Setelah mendarat di Nice Airport, kami langsung cari taxi tanpa pilih-pilih. Saking nggak pilih-pilihnya dan cuma pake bilangan random, kami dapet taxi merci besar. Glek, bayarnya berapa nih. Setelah kita ngasi tau alamat hotelnya, si supir minta €10 per orang nggak pake argo. Daripada ngeyel-ngeyelan, akhirnya iya iya aja deh. Dan ternyata kata mas penjaga hotelnya, kami ditipu abis-abisan.

Sehari sebelum ke Nice, gue masih inget percakapan gue dan Fariz, temen kuliah gue di ITB.

Fariz : “Besok acaranya kemana lagi jeung?”

Gue  : “Ke Nice, masnya.”

Fariz : “Jeung. Pertama kali gue ke Nice itu gue langsung nyebut ‘ALLAHU AKBAR ALLAH MAHA BESAR’ lho”

Sebagai lelaki yang sangat pelit memberi pujian, gue sangat penasaran kalau doi sampe bilang gitu. Pemandangan keluar dari airport bener-bener mirip Jakarta. Jalan layang gede, banyak pohon palem, lampu dan papan reklame dimana-mana. Ya, Jakarta versi tertibnya lha ya. Sesampai di tengah kota, gue mendadak merinding. Entah kenapa ada hawa-hawa romantis di kota ini. Bayangin aja kota kecil yang sepi, jalanan bebatuan, banyak lampu hias di jalan (lampunya warna kuning), banyak pemusik jalanan yang mainin lagu khas Prancis pake gitar dan harmonika, dan banyak kafe khas Prancis yang taplaknya merah kotak-kotak. Udaranya juga pas banget sekitar 14 derajat Celcius setelah dari kemarin merasakan suhu minus.

Pemandangan di depan hotel
Pemandangan di depan hotel
Dinner dulu makan pizza
Dinner dulu makan pizza
Pizza super lebar
Pizza super lebar

1. Place Massena

Setelah kenyang makan pizza,kami jalan-jalan bentar ke arah pantai. Di tengah jalan, kami nemu air mancur dan patung-patung yang oke banget. Oke fix gue jatuh cinta ama kota ini, sepi damai dan romantis.

Place Massena
Place Massena

Capek jalan-jalan, kami pulang ke hotel. Dan tiba-tiba terdengar sayup-sayup bapak pemain gitar dan harmonika yang lagi mangkal di depan hotel mainin lagu favorit gue yang dinyanyiin Audrey Hepburn di film Breakfast in Tifanny, judulnya Moon River. Rasanya mau nangiiiiissss.. Langsung gue dan rombongan kasih duit dan minta dia biar mainin dari awal sampai akhir. Kalau ada yang mau liat videonya, bisa dilihat di link youtube yang gue upload ini hehe:

Dan yang bikin kaget, si kakek tiba-tiba bilang ‘terima kasih’. Waa nggak nyangka beken juga Indonesia di mata sang kakek. Akhirnya gue dan rombongan balik lagi ke hotel dan tidur.

————————————————————————————————————————————————-

2. Promenade des Anglais

Keesokan harinya, kami menuju pantai dan akhirnya gue mengumandangkan ALLAHU AKBAR ALLAH MAHA BESAR. Pantai dengan air super biru, berbatu-batu kecil (jadi nggak ada pasirnya), langit super cerah, dengan bangunan kotak berbukit-bukit di belakangnya.

Promenade des Anglais
Promenade des Anglais
Subhanallah
Subhanallah
Kalau summer pasti penuh
Kalau summer pasti penuh

Akhirnya kita breakfast dulu di salah satu resto disana yang pemandangannya langsung menghadap ke pantai.

Sok-sokan ngopi di pinggir pantai
Sok-sokan ngopi di pinggir pantai

 

3. Le Petit Train de Nice

Di depan pantai ternyata ada kereta kecil macem hop on hop off yang bisa nganterin sampai ke Nice bagian atas, yaitu Castle Hill. Dengan membayar €8, kita bisa naik train kecil ini bolak balik keliling Nice sambil dengerin audio tour guide yang disediakan.

Le Petit Train de Nice
Le Petit Train de Nice

4. Castle Hill

Dan eng..ing..eng.. inilah Castle Hill dimana kami bisa ngelihat pemandangan Nice dari atas. Pemandangannya terpampang nyata!

Castle Hill
Castle Hill
Bukit-bukit
Bukit-bukit

5. Old Town

Hampir di tiap daerah itu selalu ada old town. Old town di Nice juga mirip dengan old town di daerah lain, yaitu berciri-ciri jalanan kecil naik turun berbatu-batu.

Banyak jualan makan
Banyak jualan makan
Old town
Old town
Beli roti khas prancis
Beli roti khas prancis

Begitulah kira-kira perjalanan di Nice yang sangat indah dan kerennnn! Dan kota ini deket banget dengan Monaco, hanya 30 menit naik bus. Jadi sorenya kami sempet-sempetin ke sirkuit Monte Carlo. Liputannya ada di post selanjutnya ;).

See you!

deguitarra