Halo!

Di post kali ini, gue mau membahas tentang acara gathering kantor ke Bali kemarin mumpung masih fresh di ingatan. Tahun ini, direktorat di kantor gue memutuskan untuk pergi ke Bali. Hmm terakhir gue ke Bali sekitar 4 tahun yang lalu, sekarang kaya apa ya? Dan ternyata memang nggak ada bosennya kalau jalan-jalan ke Bali. Kafenya makin lucu dan instagrammable banget! Oke mari kita mulai ceritanya..

Hari pertama.

Gue landing di Bandara I Gusti Ngurah Rai hari Sabtu pukul 12.00, dan langsung menuju ke Rumah Makan Ayam Taliwang untuk makan siang. Setelah makan siang, kami langsung cuss untuk check in di salah satu hotel yang berlokasi di Legian dan menikmati acara bebas hingga pukul 18.00. Karena waktu masih menunjukkan pukul 15.00, gue nekat sendirian naik ojek online menuju ke kafe yang dari dulu bikin gue penasaran banget yaitu Titik Temu dan Kafe Tropicola. Untunglah ojek online sangat gampang ditemukan di Bali sehingga membuat gue gampang kesana kemari. Memang lebih nikmat naik ojek online daripada mobil karena macett. Sooo, mari kita menuju kafe pertama yaitu Titik Temu. Perjalanan dari Legian ke Titik Temu di Seminyak menghabiskan waktu sekitar 20 menit dengan ojek online.

WhatsApp Image 2019-10-19 at 17.16.02
. Temu

Sesampainya di Kafe Titik Temu, gue langsung pesan segelas kopi karamel dan memilih sebuah bangku menghadap ke Taman bertuliskan (. Temu). Gue melihat ke sekeliling ruangan, ada seorang bule sedang mengerjakan sesuatu dari laptopnya. Tampak juga sekumpulan orang yang sedang ngobrol dengan hebohnya. Nggak sampai setengah jam gue menghabiskan kopi itu. Nggak rugi ternyata ke Titik Temu, karena lokasinya berada di depan Mall Seminyak Village, dan kopi karamelnya sangat cocok di saat udara Bali sedang gerah-gerahnya. Gue pun sempatkan untuk mampir ke Seminyak Village sekedar melihat kondisi di dalam (dan nggak lupa minta tolong Pak Satpam fotoin di depan patung es krim yang unyu tentunyaa).

Setelah melihat-lihat sekilas keadaan di dalam Seminyak Village, gue melanjutkan perjalanan (dengan ojek online lagi) ke cafe Tropicola. Walau waktunya cukup lama sekitar 30 menitan, tapi tetap gue jabanin gegara saking penasarannya dengan foto-foto teman yang ciamik di cafe Tropicola.

Ternyata baru sadar kalau cafe Tropicola terletak di pinggir pantai Kuta. Jadi di perjalanan menuju kesana, gue menyusuri pemandangan pantai. Sesampai di sana, gue ragu untuk masuk karena rata-rata yang datang ikutan berenang di area cafe. Gue pun bertanya kepada waitress, apakah boleh hanya sekedar minum tanpa berenang. Ternyata boleh, namun memang dibedakan area duduknya. Okee mari kita pesan minuman lagi! Dan tak lupa tongsis (tolong dong sis fotoin).

WhatsApp Image 2019-10-19 at 17.16.02(1)
Di area luar Cafe Tropicola
WhatsApp Image 2019-10-19 at 17.16.02(2)
Bagian dalam

Selesai puas foto-foto sendirian (saaaddd), gue pesan ojek online lagi (dan lebih susah karena lokasinya agak jauh dari keramaian), lalu gue kembali ke hotel di Legian sekitar 40 menit.

Setelah mandi, bersih-bersih dan sholat, gue dan rombongan berangkat untuk makan malam di The Hub, salah satu restoran di daerah Sanur. Makanannya enak, ada menu western dan Indonesia. Tempatnya juga lucu, ada hiasan mobil kuning nyosrok (apasih nyosrok, pokoknya begitulah).

WhatsApp Image 2019-10-19 at 19.02.57

Sepulangnya dari The Hub, gue dan beberapa teman mampir di Sour Sally yang tempatnya sekitar 500 meter dari hotel. Tapi nggak lama kemudian, ada whatsapp dari salah satu temen yang minta tuker kamar karena bayinya selalu nangis histeris tiap masuk ke kamarnya. Hmmm perasaan gue udah mulai nggak enak. Gue pun menawarkan dia dan bayinya untuk pindah ke kamar gue aja karena kebetulan gue tidur sendirian di kamar. Lalu dimulailah gathering rasa KKN di desa Penari…

Salah satu teman gue, sebut saja Eko, kebetulan punya kelebihan indera keenam, yaitu melihat yang begituan dan ngusir setan. Ketika si bayi, sebut saja baby G, pindah ke kamar gue, si Eko mulailah komat kamit dan melakukan gerakan aneh. Mulutnya mulai nyebut “nggggk nggggk“. Dan prosesi ini harus banget di kamar gue ya gaes. Perasaan gue udah mulai berkecamuk tiada henti, takut kalo setannya pindah ke gue atau apalah. Ternyata memang bener si baby G ketempelan mbak Kunti gosong yang sekarang jadi gantian nempel ke Eko. Bhaique… Akhirnya baby G bobo nyenyak setelah itu.

Hari kedua.

Sangat excited dengan agenda di hari kedua karena kami akan naik private cruise menuju ke Pulau Nusa Penida untuk snorkeling dan memancing.

WhatsApp Image 2019-10-20 at 14.43.59
Foto ala anak sultan dulu..

Setengah jam pertama kita semua foto-foto ala anak sultan. Minum minuman bersoda, makan donat, sambil dengerin musik dengan bass kenceng di tengah laut, pakai kacamata hitam. Namun ini tak berlangsung lama saudara-saudara.. Yang terjadi setengah jam kemudian adalah…

“Ada yang punya antimo gak gaes?”

Pasukan pun tumbang satu persatu. Muntah-muntah, pusing, tidur, teler, dan sebagainya. Hanya sisa 5 orang yang masih kuat tanpa antimo dan bahkan masih kuat main kartu.

Setelah 4 jam lamanya, akhirnya sampai juga di pemberhentian pertama yaitu di area snorkeling dan memancing. Gue dan beberapa orang lain siap-siap snorkeling. Karena ini perdana gue snorkeling, mayan parno juga lah ya.

“INI CARA NAFASNYA GIMANA? KALAU GUE BINGUNG, APA YANG HARUS GUE LAKUKAN? NIUP PLUIT?”

Tapi ternyata setelah melihat ke bawah. WOWW MASYA ALLAH.

Pantesan aja banyak banget orang suka diving ya walau berisiko. Karena memang SEINDAH ITU GAES! *mulai ngegas. Ikannya banyak banget warna-warni, terumbu karangnya.. Keren banget asli.

WhatsApp Image 2019-10-20 at 14.42.47
Sebelum nyebur

Setelah asik snorkeling, kita makan di atas kapal dengan menu ayam taliwang. Lalu kita balik menuju pulau Bali tapi mampir dulu sebentar ke Crystal Bay Nusa Penida.

WhatsApp Image 2019-10-20 at 16.06.02
Crystal Bay, Nusa Penida

Setelah selesai main air dan makan jagung bakar di Crystal Bay Nusa Penida, kita naik kapal lagi menuju Bali! Suasana makin sepi karena makin banyak korban muntah hahaha. Semua tidur, kecuali 4 bocah main kartu dan 1 bocah edit foto supaya instagrammable.

3 jam berlalu. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WITA. Matahari mulai tampak siap-siap membenamkan diri. Daratan Bali sudah terlihat dan sontak para korban muntah mulai berenergi lagi. Tetiba nari-nari, joget-joget kenceng, saking happynya bentar lagi mau mendarat.

WhatsApp Image 2019-10-20 at 16.43.36
Foto-foto bahagia melihat daratan

Namun ternyata inilah the best part selama kita di atas cruise.

Saking happynya, kita semua heboh nari Maumere sampai cruise berhenti kita masih asik joget sampai2 diliatin turis-turis asal China yang baru turun dari kapal sebelah. Mereka pada ngerekam dari hape masing-masing. Jadi ngeri kalau tiba-tiba viral dengan keyword ‘crazy people we found in Bali’.

Setelah turun dari cruise, bapak-bapak kapal teriak “Mbaak, ini ada tas yang ketinggalan!”. Lalu kita semua toleh-tolehan, tas siapa ya itu? Dan ternyata kita baru sadar itu tasnya Amel. Lalu kita mulai nyari Amel. Oh em ji, this is trully happen man.

Amel masih tidur di cruise dan kita tinggal turun kapal gaes.

Untung aja bapak kapal teriak tas ketinggalan, kalau nggak udah pasti si Amel terombang-ambing lagi dan bangun-bangun udah ada di Pulau Madagaskar.

Setelah itu, kita menuju ke Warung Tempong Bu Indra yang sambelnya asliiii rasanya nggladrah! Maknyus banget! Awalnya ketika ikan gurame goreng gue dateng, komen gue adalah “Waladalah gede banget gimana ini ngabisinnya”. Namun ternyata yang terjadi adalah gue nambah nasi dan es teh manis.

Setelah dari makan malam, kita semua ke hotel. Dan hebatnya lagi, rata-rata semua masih lanjut beraktivitas ke kafe atau nonton konser. Betul, nonton konser. Sedangkan eike? Tergolek lemah di tempat tidur sambil ngedit-ngedit foto demi konten. Badan sudah renta rupanya.

Hari ketiga.

Hari terakhir di Bali!

Agenda hari ini adalah jalan-jalan bebas kemana aja, yang penting ketemu lagi di bandara pukul 15.00. Gue pagi-pagi ke pusat oleh-oleh yang baru dan lagi ngehits milik Melly Goeslaw yaitu The Keranjang. Ternyata memang tempatnya instagrammable banget sih *cry*.

WhatsApp Image 2019-11-06 at 15.23.28
Salah satu pojok The Keranjang yang unyu untuk tempat foto

Setelah dari The Keranjang (dan memang barangnya lucu-lucu bangett), kami pindah ke Joger sebentar untuk beli titipan suami dan lanjut makan siang. Awalnya gue rencana mau makan di nasi pedas bu Andika depan Joger aja. Tapi karena ada ajakan makan di kafe lucu (gue lemah dengan kafe lucu gaes, mohon maap) jadi gue ngikut aja. Gue dan 3 teman lainnya cabcus ke Mama san.

Mama san ini walaupun judul menunya udah kayak disertasi, panjang banget dan perlu dianalisis, tapi memang penyajiannya unik banget. Temen gue pesen menu “Grilled honey & black pepper chicken served with chili lime dipping sauce and rice paper roll” , sebelum makan ada semacam kertas tipis yang dikasih air dulu, lalu digulung-gulung dengan sawi dan sebagainya, celupin ke soup, lalu dimakan. Sedangkan gue pesen “china town style salt & pepper squid served with Vietnamese dipping sauce“, rasanya enak, cumi tepung dengan sauce (saucenya cair campuran rasa asam, asin, manis).

Setelah dari Mama san, kita menuju hotel untuk ambil koper dan menuju bandara. Namun adaaa lagi tragedi. Kamera mahal milik Mas Zenn ketinggalan di Mama san. Secepat kilat, Mas Zenn Bang Karim langsung mengambil kamera yang ketinggalan di Mama San. Untungnya masih ada di tempat kita makan tadi.

Begitulah kisah gathering kita kali ini yang seru banget. Tahun depan harus lebih seru lagi gaesss!

Oiya, untuk yang mau nonton cuplikan video gathering kami, bisa cusss klik video bikinan Eko disini yaa

 

Cheers!

-deguitarra-